BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN
Nawashib ketika sudah berkuasa
di jaziroh Arob maka mereka terus menerus menghina dan mengejarAhlul Bait hingga
mereka yang bermukim di negri Haromain (Makkah dan Madinah) melarikan diri
menuju Hadromaut di Yaman dan mereka menetap hanya beberapa lama di sana,
karena bala tentara Nawashib terus mengejar mereka, kemudian mereka melanjutkan perjalanan dengan menyebrangi
Samudra Hindia, dalam waktu beberapa bulan kemudian mereka sampai di Kepulauan
Seribu (Maluku), sesampainya di negri ini mereka mendapati keindahan dan
kekayaan alam yang sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di negri asal
mereka, di negri Kepulauan Seribu ini mereka tidak mendapati suatu kaumpun
melainkan hanya kaum yang berbangsa Arifuru, yang ciri-ciri mereka adalah tidak
berpakaian melainkan hanya mengenakan sehelai kain atau kulit untuk menutupi
dubur dan kemaluan mereka, mereka (yang berasal dari jaziroh Arob) itu kemudian
menda'wahi orang-orang Arifuru hingga ada dari mereka masuk Islam, adapun yang
enggan untuk masuk Islam dari bangsa Arifuru ini
maka mereka melakukan perpindah ke pedalaman di pulau Seram dan ke pedalaman di
pulau Buru.
Para keturunan Arob itu kemudian mukim di Kepualuan Seribu hingga beranak
keturunan, dari sinilah mereka dinamai dengan "orang-orang negri"
yaitu orang-orang yang pertama kali mendatangi Kepulauan Seribu, karena
keberadaan mereka banyak, maka mereka berpencar-pencar, ada dari mereka yang ke
Uli Hatuhaha dari keturunan mereka itu melahirkan marga Marasabessiy, ada dari
mereka yang ke pulau Banda dari keturunan ini melahirkan marga Nurbattiy, ada
pula yang ke pulau Seram dari keturunan ini melahirkan marga Wakano, ada yang
ke Tulehu melahirkan keturunan bermarga Ohorella, dan masih sangat banyak dari
mereka yang terpencar-pencar kebeberapa daerah lainnya di Kepulauan Seribu,
dari mereka ini melahirkan banyak marga diantaranya marga Lessiy, Nurlette
At-Tamimiy dan sebagian lagi dari mereka yang merasa sebagai para
"Habib" menggunakan marga As-Seggaf.
Ketika masyarakat dari tiap-tiap daerah itu sudah bertambah dan berkembang
maka mulailah masing-masing tempat mendirikan kerajaan-kerajaan Islam, dengan
keberadaan kerajaan Islam itu dinamailah Kepulauan Seribu dengan nama Maluku,
yang diambil dari bahasa Arob yaitu "Mulk" yang berma'na kerajaan.
Dengan semakin tersebar luasnya berita tentang kekayaan alam di bumi
Kepulauan Seribu (Maluku) maka mengakibatkan banyak dari suku-suku di Nusantara
berdatangan ke Maluku, diantaranya adalah dari suku Buton, Bugis, Makassar dan Jawa, bahkan banyak pula
bangsa-bangsa di luar Nusantara berdatangan, diantara bangsa-bangsa itu adalah
Spanyol dan Protugis, kemudian disusul oleh Inggris dan Belanda.
Dengan kedatangan mereka ini mengakibatkan pertentangan dengan masyarakat di
Kepulauan Seribu, karena mereka beragama Islam sedangkan para pendatang asing
itu beragama Kristen, juga mereka orang-orang asing itu menyerukan kepada faham
mereka berupa kekafiran dan penglegalan kema'siatan dan perbuatan keji maka
terjadilah perlawanan dan peperangan.
Pada tahun 1637 Masehi, kerajaan Islam di jaziroh Hual Mual (Seram) bangkit
melakukan perlawanan terhadap para penjajah asing itu, dan ketika itu yang
menjadi kapitan adalah Lessiy, dari sinilah
kemudian muncul marga Lessiy.
Diantara daerah Hua Mual yang menjadi incaran dan
target bangsa kafir Barat adalah Luhu hingga ke kampung bawahannya Kambelu.
Karena di Kepulauan Seribu telah dibentuk kerajaan-kerajaan Islam dan telah ada
ikatan persaudaraan seagama maka ketika kerajaan Islam lainnya yang berada di
Nusaniwe dan di kepulauan-kepulauan lainnya mendengar bahwa di jaziroh Hual
Mual (Seram) telah terjadi peperangan melawan penjajah kafir Barat itu, maka
dari tiap-tiap kerajaan mengutus bantuan berupa bala tentara. Yang mengambil
peran penting dalam memberi bantuan ini adalah pemimpin Nusaniwe yang dia
bergelar Risakotta, karena dahulunya dia adalah termasuk salah satu kapitan di
kerajaan Hual Mual (Seram).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang lahirnya setiap
kerajaan Islam di Maluku ?
2. Bagaimana proses masuknya Islam pada
kerajaan-kerajaan Islam di Maluku ?
3. Bagaimana pengaruh Islam pada
kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Maluku ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami
latar belakang lahirnya setiap kerajaan Islam di Maluku.
2. Mempelajari
proses masuknya Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Maluku.
3. Mengetahui
pengaruh Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Maluku
D. MANFAAT PENULISAN
Banyak penjelasan tentang masuknya Islam di daerah tetangga
Maluku karena adanya pengaruh dari kerajaan-kerajaan Islam di Maluku. Yang
sangat menarik bagi kami selaku penyusun adalah untuk memahami, mempelajari
atau menganalisa masuknya Islam di Maluku itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG, PROSES MASUKNYA ISLAM DAN PENGARUH ISLAM PADA
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI MALUKU
A. Kerajaan Nunusaku dan
Kerajaan Sahulau
1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Nunusaku
dan Kerajaan Sahulau
Nunusaku adalah salah satu kerajaan besar tertua yang berada di Pulau Seram bahkan keberadaanya diyakini
jauh sebelum masehi (SM). Nunusaku merupakan Kerajaan yang diyakini sebagai
asal usul semua masyarakat adat yang ada di Maluku. Menurut para Sejarawan
belanda seperti Kenedy, Devendak dan Frank Cooley, usia Pulau Seram ± sekitar
3000 juta tahun atau ± 3 miliar tahun. Dengan demikian kerajaan ini merupakan
kerajaan yang sangat tua yang diperkirakan telah ada sebelum zaman batu, namun
hancurnya kerajaan Nunusaku sudah pada jaman besi, hal ini dibuktikan dengan
adanya parang-parang serta tombak yang digunakan para kapitan untuk
berperang yang terbuat dari besi. Kerajaan Nunusaku dilambangkan dengan
Pohon Beringin Tua, mengingat di Kerajaan Nunusaku dahulu banyak terdapat Pohon
Beringin dan dianggap sebagai pelindung Kerajaan Nunusaku.
Kerajaan Nunusaku tidak runtuh,
pemerintahannya tetap dipimpin oleh seorang Latu dengan dibantu
Patti, seluruh perangkat pemerintahannya masih tetap berlanjut hanya kekuasaan
pemerintahan berpindah ke Sahulau. Sahulau adalah kerajaan islam di Maluku
yang merupakan kerabat Nunusaku. Pada pemerintahan kerajaan Sahulau inilah
lahir ide-ide brilian seperti masalah rentang kendali maka dibentuklah
kerajaan-kerajaan kecil (Provinsi dan Kabupaten) yang dipimpin juga oleh
seorang Latu. Masa kejayaan kerajaan Sahulau berada pada masa
pemerintahaan Ina Latu Kabasaran, seorang wanita cantik dan
berwibawa. Gelar kabasaran ini adalah ucapan orang-orang melayu pada waktu itu.
Karena kekuasaan kerajaan Sahulau sampai ke tanah melayu.
2. Proses Masuknya Islam
di Kerajaan Nunusaku dan Kerajaan Sahulau
Sulitnya sumber tentang proses masuknya Islam di Kerajaan Nunusaku
dan Kerajaan Sahulau tidak mematahkan semangat kami selaku penusun. Kami hanya
menemukan sumber yang menyatakan bahwa Pemeluk Islam pertama adalah Kapiten Nunusaku Kapitan Iho Lussy
yang berguru kepada Maulana Zainal Abidin, setelah Iho Lussy memperoleh ilmu
agama Islam yang cukup, maka beliau pun aktif berdakwah seperti gurunya.
Sebagian besar penduduk di daerah Seram memeluk agama Islam adalah berkat jasa
kedua pendakwah ini. Setelah Kapitan Iho Lussy wafat maka tugas dakwah Islam
dilanjutkan oleh anaknya yaitu Muhammad Lussy. Jadi yang memimpin
Kerajaan Sahulau masih keturunan langsung dari kerajaan Nunusaku.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Nunusaku
dan Kerajaan Sahulau
Pemegang jabatan patti di
kerajaan sahulau adalah keturunan patti dari kerajaan nunusaku begitu
seterusnya. Pada pemerintahaan kerajaan Sahulau inilah lahir ide-ide brilian
seperti masalah rentang kendali maka dibentuklah kerajaan-kerajaan kecil
(provinsi dan kabupaten) yang mana dipimpin juga oleh seorang latu. Masa
kejayaan kerajaan sahulau berada pada masa pemerintahaan Ina Latu. Gelar
kabasaran ini adalah ucapan orang-orang melayu pada waktu itu. Karena kekuasaan kerajaan Sahulau sampai ke
tanah Melayu. ketika kerajaan Sahulau melakukan perjanjian kerjasama dengan
pemerintah Jerman menandakan kerajaan nunusaku masih ada dan tidak pernah
runtuh.
B. Kesultanan Ternate
1. Latar Belakang Lahirnya Kesultanan Ternate
Pulau Gapi
(kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate
awal merupakan warga eksodus dari Halmahera.
Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang
momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan
dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah.
Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu
dan Tionghoa.
Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang
sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona
diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan
mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun
1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano
(raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan
Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin
besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau
kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin
besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan
kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi
penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya
berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar
di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan
Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku
dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki
peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad
ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat
perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya
kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku,
Sulawesi
bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina
hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
2. Proses Masuknya Islam
di Kesultanan Ternate
Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan
awal kedatangan Islam di Maluku Utara khususnya Ternate. Namun
diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah
mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim
di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama
bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam
masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate
resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kesultanan Ternate
Kolano Marhum (1465-1486),
penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama
seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya,
Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin
adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan,
Islam diakui sebagai agama
resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan
sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini
kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan.
Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin
pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri
di pulau Jawa.
Di sana dia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
C. Kesultanan Tidore
1. Latar Belakang Lahirnya Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan
Islam
yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara,
Indonesia
sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16
sampai abad ke-18),
kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera
selatan, Pulau Buru,
Pulau Seram,
dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua
barat.
Pada
tahun 1521,
Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol
sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu
dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari
wilayah tersebut pada tahun 1663
karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah
satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku.
Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil
menolak pengusaan VOC
terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.
2. Proses Masuknya Islam
di Kesultanan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di sebelah
selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan
Tidore, Raja Tidore pertama adalah Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada akhir abad
ke-14, agama Islam
dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan
Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kesultanan Tidore
Sebagai kerajaan
yang bercorak Islam,
masyarakat Tidore
dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat
dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugal
melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kesultanan Tidore mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat
menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda
yang dibantu Inggris.
Belanda
kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris
tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak
diganggu, baik oleh Portugal, Spanyol,
Belanda
maupun Inggris
sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup
luas, meliputi Pulau Seram, sebagian Halmahera,
Raja Ampat,
Kai, dan sebagian Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin. Ia juga giat
menentang Belanda
yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku.
D. Kesultanan Jailolo
1. Latar Belakang Lahirnya Kesultanan Jailolo
Sebelum
abad ke-17, ada satu kerajaan Islam, Kesultanan Jailolo, yang berpusat di Pulau
Halmahera, pulau terbesar di Maluku Utara. Menurut legenda yang sempat dicatat
sampai abad ke-14, kesultanan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku Utara
hingga pada akhir abad ke-17 tidak tercatat lagi secara administratif karena
dianeksasi oleh Kesultanan Ternate dengan bantuan VOC.
Sejak saat itu, seluruh kawasan di utara
dan selatan Pulau Halmahera tergabung ke dalam wilayah kekuasaan Ternate.
Sedangkan wilayah tengah Halmahera menjadi bagian kekuasaan Tidore. Sistem
pemerintahan yang dibangun di Halmahera kemudian disesuaikan dengan kepentingan
VOC. Membangun kantor perwakilan untuk penyediaan tenagakerja murah dan bahan
pangan. Salah satu metode yang diterapkan adalah sistem upeti.
Setelah peristiwa aneksasi Kesultanan
Jailolo oleh Kesultanan Ternate, muncul kembali upaya menghidupkan kembali
Kesultanan Jailolo dari masyarakat Halmahera Utara. Upaya itu dimulai pada
dekade pertama abad ke-19. Sayangnya hingga pertengahan abad ke-19, upaya itu
tidak berkelanjutan.
2. Proses Masuknya Islam
di Kesultanan Jailolo
Islamisasi di Kesultanan Jailolo karena Jailolo saat itu merupakan
Kerajaan yang memperoleh pengaruh dari Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore
bahkan beberapa sumber menjelaskan bahwa Raja Jailolo merupakan keturunan dari
Kerajaan Ternate dan Tidore.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kesultanan Jailolo
Kami tidak menemukan pengaruh Islam di Kerajaan Jailolo, namun
sumber yang kami temukan hanyalah Perang Jailolo yang mana saat itu Kerajaan
Jailolo ditaklukkan oleh Kerajaan Ternate sehingga Kerajaan Jailolo posisinya
merupakan Kerajaan taklukan Kerajaan Terajaan Ternate. Pada masa Pemerintahan Sultan Khairun
(1540-1570) di Ternate, Kesultanan Jailolo pada saat itu di pimpin oleh Sultan
Katara Bumi yang berkedudukan di jailolo utara. Tercatat dalam sejarah bahwa
Sultan Katara Bumi bersama Kesultanan Tidore berkuasa di masa laksamana
Spanyol, Villalobos (1542) menyerang portugis di ternate yang akhirnya
berlanjut menjadi perang Jailolo. Namun akibat dominasi pengaruh Portugis di
Kesultanan Ternate pada masa itu sangat kuat dan adanya dukungan kekuatan
Spanyol pada Kesultanan Tidore maka Kesultanan Ternate Berhasil menaklukkan
Kesultanan Jailolo pada masa perang jailolo, perang Jailolo tercatat dalam
sejarah bertepatan dengan masa Misionaris Jesuit yang terkenal di Maluku, yaitu
Fransiskus Xaverius. Pasca penaklukan Kesultanan Jailolo oleh Kesultanan
Ternate, Portugis dan Spanyol pada akhirnya telah menempatkan Kerajaan Jailolo
di bawah Kekuasaan Kesultanan Ternate.
E. Kesultanan Bacan
1. Latar Belakang Lahirnya Kesultanan Bacan
Kedudukan awal Kerajaan Bacan bermula di Makian Timur,
kemudian dipindahkan ke Kasiruta lantaran ancaman gunung berapi Kie Besi. Kebanyakan rakyat Bacan adalah
orang Makian yang ikut dalam evakuasi bersama rajanya. Diperkirakan, Kerajaan
Bacan didirikan pada tahun 1322. Tidak jelas bagaimana proses pembentukannya
tetapi bisa ditaksir sama dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku, yakni
bermula dari pemukiman yang kemudian membesar dan tumbuh menjadi kerajaan.
Raja pertama Bacan, menurut hikayat
tersebut adalah Said Muhammad Bakir, atau Said Husin, yang berkuasa di Gunung
Makian dengan gelar Maharaja Yang
Bertahta Kerajaan Moloku Astana Bacan, Negeri Komala Besi Limau Dolik. Raja
pertama ini berkuasa selama 10 tahun, dan meninggal di Makian. Pada 1343,
bertahta di Kerajaan Bacan Kolano Sida Hasan. Dengan bekerja sama dengan
Tidore, Sida Hasan berhasil merebut kembali Pulau Makian dan beberapa desa di
sekitar Pulau Bacan dari tangan Raja Ternate, Tulu Malamo.
2. Proses Masuknya Islam
di Kesultanan Bacan
Pada zaman dahulu kala pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan
Bacan menyatu dalam satu semenanjung, yang dinamakan Tanah Gapi. Kemudian datanglah seorang saudagar sekaligus pendakwah
dari Jazirah Arab yang bernama Jafar Sadek ke Tanah Gapi. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin
yang bersyahadat
pada tahun 1521.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kesultanan Bacan
Masyarakat Bacan pada masa sebelum masuknya pengaruh
Islam merupakan sebuah Kolano, yang didasarkan ikatan genealogis dan
teritorial. Setelah Islam masuk sekitar tahun 1322, organisasi sosialnya
mengambil bentuk Kesultanan dan Agama Islam sebagai faktor pengikat. Di Maluku
Utara ada empat Kolano dan Kesultanan, di samping Bacan adalah Ternate, Tidore,
dan Jailolo, yang kesemuanya disebut Moloko Kie Raha.
F. Kerajaan Tanah Hitu
1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Tanah Hitu
Kerajaan Tanah Hitu adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Ambon,
Maluku.
Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara 1470-1682 dengan raja pertama
yang bergelar Upu Latu Sitania (raja tanya) karena Kerajaan ini
didirikan oleh Empat Perdana
yang ingin mencari tahu faedah baik dan tidak adanya Raja. Kerajaan Tanah Hitu
pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan memainkan peran yang sangat
penting di Maluku,
disamping melahirkan intelektual dan para pahlawan pada zamannya. Beberapa di
antara mereka misalnya adalah Imam Ridjali, Tagglukabessy, Kakiali dan lainnya yang tidak tertulis di
dalam Sejarah Maluku sekarang, yang beribu Kota Negeri Hitu. Kerajaan ini berdiri sebelum kedatangan
imprialisme barat ke wilayah Nusantara.
2. Proses Masuknya Islam
di Kerajaan Tanah Hitu
Kedatangan Empat Perdana itu ke Tanah Hitu secara
periodik :
a.
Pendatang
Pertama adalah Pattisilang Binaur dari Gunung Binaya (Seram Barat) kemudian ke
Nunusaku dari Nunusaku ke Tanah Hitu, tahun kedatangannya tidak tertulis. Mereka
mendiami suatu tempat yang bernama Bukit Paunusa, kemudian mendirikan negerinya
bernama Soupele dengan Marganya Tomu Totohatu. Patisilang Binaur disebut juga
Perdana Totohatu atau Perdana Jaman Jadi.
b.
Pendatang
Kedua adalah Kiyai Daud dan Kiyai Turi disebut juga Pattikawa dan Pattituri
dengan saudara Perempuannya bernama Nyai Mas.
c.
Menurut
silsilah Turunan Raja Hitu Lama bahwa Pattikawa, Pattituri dan Nyai Mas adalah
anak dari : Muhammad Taha Bin Baina Mala Mala bin Baina Urati Bin Saidina
Zainal Abidin Baina Yasirullah Bin Muhammad An Naqib, yang nasabnya dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah
binti Rasulullah.
Sedangkan Ibu mereka adalah asal dari keluarga Raja Mataram Islam yang tinggal
di Kerajaan Tuban dan mereka di besarkan disana (menurut Imam Lamhitu salah
satu pencatat kedatangan Empat perdana Hitu dengan aksara Arab Melayu 1689),
Imam Rijali (1646) dalam Hikayat Tanah Hitu menyebutkan mereka orang Jawa, yang
datang bersema kelengkapan dan hulubalangnya yang bernama Tubanbessi, artinya
orang kuat atau orang perkasa dari Tuban. Adapun kedatangan mereka ke Tanah
Hitu hendak mencari tempat tinggal leluhurnya yang jauh sebelum ke tiga perdana
itu datang. Ia ke Tanah Hitu yaitu pada Abad ke X masehi, dengan nama Saidina
Zainal Abidin Baina Yasirullah (Yasirullah Artinya Rahasia Allah) yang menurut
cerita turun temurun Raja Hitu Lama bahwa dia ini tinggal di Mekah, dan
melakukan perjalan rahasia mencari tempat tinggal untuk anak cucunya kelak
kemudian hari, maka dengan kehendak Allah Ta’ala dia singgah di suatu tempat
yang sekarang bernama Negeri Hitu tepatnya di Haita Huseka’a (Labuhan
Huseka’a).
d.
Disana
mereka temukan Keramat atau Kuburan dia, tempatnya diatas batu karang. Tempat
itu bernama Hatu Kursi atau Batu Kadera (Kira-Kira 1 Km dari Negeri Hitu).
Peristiwa kedatangan dia tidak ada yang mencatat, hanya berdasarkan cerita
turun – temurun.
e.
Perdana
Tanah Hitu Tiba di Tanah Hitu yaitu di Haita Huseka’a (Labuhan Huseka’a) pada
tahun 1440
pada malam hari, dalam bahasa Hitu Kuno disebut Hasamete artinya hitam gelap
gulita sesuai warna alam pada malam hari.
f.
Mereka
tinggal disuatu tempat yang diberi nama sama dengan asal Ibu mereka yaitu Tuban
/ Ama Tupan (Negeri Tuban) yakni Dusun Ama Tupan/Aman Tupan sekarang kira-kira
lima ratus meter di belakang Negeri Hitu, kemudian mendirikan negerinya di
Pesisir Pantai yang bernama Wapaliti di Muara Sungai Wai Paliti.
g.
Perdana
Pattikawa disebut juga Perdana Tanah Hitu atau Perdana Mulai artinya orang yang
pertama mendirikan negerinya di Pesisir pantai, nama negeri tersebut menjadi
nama soa atau Ruma Tau yaitu Wapaliti dengan marganya Pelu.
h.
Kemudian
datang lagi Jamilu dari Kerajaan Jailolo . Tiba di Tanah Hitu pada Tahun 1465 pada waktu magrib
dalam bahasa Hitu Kuno disebut Kasumba Muda atau warna merah (warna bunga)
sesuai dengan corak warna langit waktu magrib. Mendirikan negerinya bernama
Laten, kemudian nama negeri tersebut menjadi nama marganya yaitu Lating. Jamilu
disebut juga Perdana Jamilu atau Perdana Nustapi, Nustapi artinya Pendamai,
karena dia dapat mendamaikan permusuhan antara Perdana Tanah Hitu dengan
Perdana Totohatu, kata Nustapi asal kata dari Nusatau, dia juga digelari
Kapitan Hitu I.
i.
Sebagai
Pendatang terakhir adalah Pattiwane (nama gelaran) dari Tuban tiba di Tanah
Hitu sebelum tahun 1468 sementara yang tiba tahun 1468 adalah anaknya yang
bernama Kiyai Patty (gelaran)yang diutus ke Tuban untuk mempelajari dan
memastikan sistem pemerintahan disana yang akan menjadi dasar pemerintahan di
Kerajaan Tanah Hitu, Dia tiba pada waktu dhuhur (Waktu Salat) tengah hari dalam
bahasa Hitu kuno disebut Malakone artinya biru Tua sesuai corak warna langit
pada waktu siang (waktu salat), Dia Mendirikan negerinya bernama Olong, nama
negeri tersebut menjadi marganya yaitu marga Ollong. Pattiwne disebut juga
Perdana Pattituban.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Tanah Hitu
Awal
mula pengaruh Islam adalah dengan kedatangan Empat Perdana tersebut, Kerajaan
Hitu akhirnya terbentuk atas musyawarah. Dilakukan dengan menentukan salah satu
raja dari salah satu perdanana yang ada. Dengan keputusan berdasarkan
kemufakatan masyarakat. Sejak itulah kerajaan berdiri dengan kerukunan dan
kejayaan dalam hal pertanian dan perdaganga. Sehingga Belanda begitu tertarik
untuk menguasai daerah ini. Keempat Perdana tersebut pula yang sampai darah
terakhir mencoba untuk mempertahankan tanah mereka dengan segala keasriannya.
Meski akhirnya terdesak dan mengaku kalah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdarasrakan uraian dan penjelasan diatas, dapat kita simpulkan
bahwa Walisongo banyak berperan dalam proses Islamisasi di Maluku, dan
sekitarnya Gerakan dakwah yang kultural serta sikapnya yang mampu membaur
dengan masyarakat dan mengakulturasikan antara budaya pribumi dengan ajaran dan
Syariat Islam membuat kiprah dakwah mereka berhasil.Sebagian besar masyarakat
pribumi saat itu masih menganut ajaran Hindu-Budha yang juga sebagai ajaran
resmi dianut Kerajaan Majapahit.
Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah syiar
Islam di Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun Belanda
dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba, Holeman,
Rumphius dan Valentijn.
Peninggalan-peninggalan tersebut yang paling nyata
adalah Mesjid tua Wapauwe
ini terletak dekat dengan Benteng Amsterdam di desa Kaitetu, Kabupaten Hila,
Provinsi Maluku. Untuk mengunjungi mesjid ini dibutuhkan waktu sekitar satu jam
perjalanan menggunakan bis umum dari Ibukota Maluku, kota Ambon.
B. SARAN
Tidak ada manusia yang sempurna yang ada
hanyalah saling menyempurnakan. Tentunya hal ini dapat direalisasikan atau
diaplikasikan ketika kita saling memberikan saran dan kritik bukan untuk saling
menjelekkan tetapi saling menutupi kekkurangan dan membuat diri kita dan orang
lain selalu berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar